Sekretaris Jendral Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Mira Tayyiba mendorong agar koperasi-koperasi pangan di Indonesia bisa adaptif dengan berjalannya transformasi digital sehingga dapat menyokong sektor pertanian lebih optimal serta memampukan kemandirian pangan.
Baca juga: Indonesia berkomitmen genapi pembangunan berkelanjutan secara merata
"Penguatan dan pemberdayaan koperasi pangan penting untuk dilakukan menyejahterakan para petani sehingga pertanian menjadi produktif. Di samping itu, koperasi pangan perlu menyeimbangkan posisinya dengan pesatnya teknologi digital saat ini sebagai upaya mencapai kemandirian pangan melalui transformasi digital," kata Mira dalam acara "Digital Cooperative Transformation:The Realization of Food Independence", yang digelar secara hibrida pada Senin.
Sebagai Chair Digital Economy Working Group (DEWG) G20, Mira menjelaskan dalam pembahasan kelompok kerja bertaraf internasional itu didapatkan hasil bahwa sektor pertanian harus mengadopsi teknologi digital dengan tepat agar bisa menyokong pembangunan berkelanjutan.
Mira kemudian membuka fakta bahwa secara global pemanfaatan teknologi di sektor pertanian secara tepat berpotensi menghasilkan nilai tambah hingga 6,6 miliar Dolar AS atau setara Rp97,7 triliun per tahunnya untuk perekonomian.
Baca juga: Indonesia percepat transformasi digital di empat sektor
Adaptasi digital di bidang pertanian yang kini akrab dikenal juga dengan istilah smart farming itu memanfaatkan kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), hingga big data sehingga bisa tercipta nilai tambah yang patut diperhitungkan tersebut.
Beberapa penerapannya di antaranya yaitu petani mampu mengukur periode kesuburan tanah, mampu memprediksi periode terbaik untuk melakukan panen, bahkan mampu mengecek kondisi cuaca dan pengontrolan hama sehingga pertanian menjadi lebih efisien.
BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat di tengah pandemi COVID-19 ketika semua industri jatuh, justru sektor pertanian di Indonesia telah menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi dengan 1,86 juta tenaga kerja terserap di periode 2021-2022.
Berkaca pada manfaat smart farming dan juga potensi sektor pertanian di Indonesia, tentunya beradaptasi dengan teknologi digital menjadi hal wajib yang tak terhindarkan dan harus dilakukan agar pertanian di Tanah Air bisa berjalan dengan optimal beriringan dengan era digitalisasi.
Salah satu yang perlu diperkuat untuk adaptasi teknologi itu termasuk dari segi koperasi pangan yang kini lekat sebagai organisasi yang juga menaungi para petani mengembangkan bisnisnya di Tanah Air.
Baca juga: Indonesia usulkan empat prinsip ukuran literasi digital DEWG G20
Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan Kementerian Kominfo agar sektor pertanian dan koperasi pangan bisa adaptif dengan transformasi digital di antaranya ialah memberikan pelatihan kecakapan digital lewat program-program seperti "UMKM Go Online", "UMKM aktif adopsi digital 4.0", hingga "Petani dan Nelayan Go Online".
Di samping itu tentunya peningkatan infrastruktur mendukung pemanfaatan layanan digital tak luput terus ditingkatkan oleh Kementerian Kominfo agar dapat menyediakan akses digital yang setara secara nasional termasuk untuk para petani di kawasan 3T (Terdepan,Terluar,Tertinggal).
Mira pun meyakini jika adaptasi digital dapat dipadukan dengan asas utama koperasi di Indonesia yakni kekeluargaan, maka koperasi bisa mendorong perekonomian bangsa dan juga sektor pertanian ke arah yang positif.
"Melalui semangat untuk terus berkolaborasi, berinovasi, dan bertransformasi. Bersama-sama kita terus perkuat koperasi Tanah Air guna mewujudkan kemandirian pangan di Indonesia untuk pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat," tutupnya.
Baca juga: Sekjen Kominfo: Kolaborasi adalah kunci wujudkan kesetaraan gender
Baca juga: Kominfo harap Jakarta makin inklusif untuk jadi pusat ekonomi digital
Baca juga: Konsolidasi kolaborasi media kunci sukses Presidensi G20 Indonesia
Baca juga: Indonesia berkomitmen genapi pembangunan berkelanjutan secara merata
"Penguatan dan pemberdayaan koperasi pangan penting untuk dilakukan menyejahterakan para petani sehingga pertanian menjadi produktif. Di samping itu, koperasi pangan perlu menyeimbangkan posisinya dengan pesatnya teknologi digital saat ini sebagai upaya mencapai kemandirian pangan melalui transformasi digital," kata Mira dalam acara "Digital Cooperative Transformation:The Realization of Food Independence", yang digelar secara hibrida pada Senin.
Sebagai Chair Digital Economy Working Group (DEWG) G20, Mira menjelaskan dalam pembahasan kelompok kerja bertaraf internasional itu didapatkan hasil bahwa sektor pertanian harus mengadopsi teknologi digital dengan tepat agar bisa menyokong pembangunan berkelanjutan.
Mira kemudian membuka fakta bahwa secara global pemanfaatan teknologi di sektor pertanian secara tepat berpotensi menghasilkan nilai tambah hingga 6,6 miliar Dolar AS atau setara Rp97,7 triliun per tahunnya untuk perekonomian.
Baca juga: Indonesia percepat transformasi digital di empat sektor
Adaptasi digital di bidang pertanian yang kini akrab dikenal juga dengan istilah smart farming itu memanfaatkan kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), hingga big data sehingga bisa tercipta nilai tambah yang patut diperhitungkan tersebut.
Beberapa penerapannya di antaranya yaitu petani mampu mengukur periode kesuburan tanah, mampu memprediksi periode terbaik untuk melakukan panen, bahkan mampu mengecek kondisi cuaca dan pengontrolan hama sehingga pertanian menjadi lebih efisien.
BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat di tengah pandemi COVID-19 ketika semua industri jatuh, justru sektor pertanian di Indonesia telah menjadi penyerap tenaga kerja tertinggi dengan 1,86 juta tenaga kerja terserap di periode 2021-2022.
Berkaca pada manfaat smart farming dan juga potensi sektor pertanian di Indonesia, tentunya beradaptasi dengan teknologi digital menjadi hal wajib yang tak terhindarkan dan harus dilakukan agar pertanian di Tanah Air bisa berjalan dengan optimal beriringan dengan era digitalisasi.
Salah satu yang perlu diperkuat untuk adaptasi teknologi itu termasuk dari segi koperasi pangan yang kini lekat sebagai organisasi yang juga menaungi para petani mengembangkan bisnisnya di Tanah Air.
Baca juga: Indonesia usulkan empat prinsip ukuran literasi digital DEWG G20
Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan Kementerian Kominfo agar sektor pertanian dan koperasi pangan bisa adaptif dengan transformasi digital di antaranya ialah memberikan pelatihan kecakapan digital lewat program-program seperti "UMKM Go Online", "UMKM aktif adopsi digital 4.0", hingga "Petani dan Nelayan Go Online".
Di samping itu tentunya peningkatan infrastruktur mendukung pemanfaatan layanan digital tak luput terus ditingkatkan oleh Kementerian Kominfo agar dapat menyediakan akses digital yang setara secara nasional termasuk untuk para petani di kawasan 3T (Terdepan,Terluar,Tertinggal).
Mira pun meyakini jika adaptasi digital dapat dipadukan dengan asas utama koperasi di Indonesia yakni kekeluargaan, maka koperasi bisa mendorong perekonomian bangsa dan juga sektor pertanian ke arah yang positif.
"Melalui semangat untuk terus berkolaborasi, berinovasi, dan bertransformasi. Bersama-sama kita terus perkuat koperasi Tanah Air guna mewujudkan kemandirian pangan di Indonesia untuk pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat," tutupnya.
Baca juga: Sekjen Kominfo: Kolaborasi adalah kunci wujudkan kesetaraan gender
Baca juga: Kominfo harap Jakarta makin inklusif untuk jadi pusat ekonomi digital
Baca juga: Konsolidasi kolaborasi media kunci sukses Presidensi G20 Indonesia
Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).
Sumber: ANTARA