Penulis: Basri A
TVRINews, Probolinggo
Keberlangsungan KTT G20 di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November ini, menjadi berkah tersendiri bagi industri keramik rumahan di Kota Probolinggo. Pada bulan ini, produksi keramik untuk aroma terapi melejit hingga lima puluh persen dari bulan-bulan sebelumnya.
Salah satu industri keramik rumahan yang mendapat berkah dari berlangsungnya KTT G20, Nusa Dua, Bali adalah keramik Kinasih. Industri keramik yang beralamat di Jalan Cangkring, Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran mengalami peningkatan produksi hingga lima puluh persen.
Peningkatan produksi difokuskan pada keramik yang dipakai untuk aroma terapi. Tidak tanggung-tanggung, produksi keramik aroma terapi yang biasanya hanya seribu biji, menjadi seribu tujuh ratus biji. Kondisi ini disebabkan karena adanya peningkatan pesanan dari para pelanggan, terutama yang berada di Pulau Dewata, Bali. Para pelanggan umumnya pengelola hotel, restoran, dan toko kerajinan atau cinderamata.
Edi Cahyo Purnomo, selaku pemilik industri keramik Kinasih mengatakan berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi G20, bukan hanya mendatangkan keuntungan bagi warga Bali, tetapi juga masyarakat Indonesia pada umumnya Edi menjelaskan dari peningkatan pesanan keramik aroma terapi tersebut, pihaknya langsung menaikkan harga jual dari yang biasanya 20 ribu rupiah per biji, menjadi 27 ribu rupiah per biji.
“Kita yang produksi aroma terapi ada peningkatan di aroma terapi karena dibutuhkan hotel hotel di Bali. Karena tamu tamu itu disuguhkan aroma terapi oleh pihak hotel. Peningkatannya antara 25 hingga 50 persen. Harga juga ada peningkatan sekitar 10 persen,” ujar Edi.
Industri keramik Kinasih sudah ada sejak 2001 silam. Pasang surut bisnis sudah dialami industri kecil dan menengah ini. Namun berkah berlangsungnya KTT G20 menjadi era kebangkitan pasca dilanda pandemi covid-19.
Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).
Sumber: TVRI