KBRN, Jakarta: Pemerintah melakukan modifikasi cuaca selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, (15-16/11/2022). Hal tersebut dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan BMKG, dan TNI Angkatan Udara (AU).
"Jadi, prinsipnya modifikasi cuaca ini bertujuan untuk proses terjadinya hujan di dalam awan. Sehingga, hujan ini yang akan jatuh, bisa diprematurkan," kata Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN Budi Harsoyo kepada Pro3 RRI, Rabu (16/11/2022).
Dia mengatakan, pemantauan awan melalui radar khusus. "Kami mencoba dengan strategi, agar awan-awan yang terdata dari radar ini bergerak menuju are Nusa Dua," kata dia.
KTT G20 seperti diberitakan sebelumnya, telah berlangsung di Nusa Dua, Bali. "Ini kami coba amankan, supaya waktu pelaksanaan tidak terganggu oleh hujan," ujarnya.
Budi juga menjelaskan, antisipasi hujan dengan cara modifikasi cuaca menggunakan pesawat terbang. Sebab, kata dia, ketika awan terdeteksi radar, maka pesawat diterbangkan dengan menjatuhkan garam ke awan.
"Begitu kami lihat di radar ada awan bergerak masuk, pesawat kami terbangkan, dijatuhkan garam. Kemudian masuk tahap dua, awannya sudah meluruh," katanya.
Dia menjelaskan manfaat penggunaan garam dalam modifikasi cuaca itu. "Karena garan ini berfungsi sebagai inti kondensasi di dalam awan," ujar Budi.
"Jadi, dengan kita menambahkan garam-garaman ke dalam awan, proses Fisika terjadinya hujan itu tepat. Proses terjadinya hujan, itu bisa disegerakan, sehingga awan itu menjadi awal sebelum masuk ke wilayah yang ingin disterilkan dari hujan," katanya.
Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).
Sumber: RRI