Penjor Merajut Jalan Bali, Menyambut para Delegasi

Penjor Merajut Jalan Bali, Menyambut para Delegasi

KBRN, Bali: Penjor atau janur merajut jalanan di Bali. Berdiri rapat, ujungnya menjuntai seperti jemari ayu mempersilahkan para delegasi memasuki Pulau Seribu Pura.

Memang, membaurnya kearifan lokal menjadi pembeda perhelatan para pemimpin dunia di Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) Bali. Penampilan budaya, kuliner khas, hingga suvenir dari kerajinan menjadikan G20 tetap elegan dibalut kesakralan tanah Dewata.

I Wayan Juliana, satu di antara banyak perajin penjor mengatakan, dalam kepercayaan Bali, penjor merupakan hal sakral berbentuk sebatang bambu. Ujungnya melengkung dan dihiasi dengan janur muda dan daun-daun lainnya atau disebut plawa.  

rri.co.id berkesempatan berjumpa Juliana biasa dipanggil di gudang miliknya di Jalan By Pass Ngurah Rai, Bali, Rabu (16/11/2022). Juliana tengah mengerjakan satu pinjor, tampak jari jemarinya begitu terampil menganyam daun enau muda menjadi bagian penjor.

Menurut Juliana, dalam kepercayaan masyarakat Bali, penjor merupakan simbol Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. "Penjor ini memiliki dua jenis, yakni penjor sakral dan penjor hias," kata Juliana.

Juliana menyebutkan, sebenarnya penjor hias digunakan dalam sebuah acara atau event. Ia mencontohkan penjor dalam KTT G20 merupakan penjor hias, lalu dapat digunakan acara pernikahan atau kegiatan apa pun sebagai tanda.

"Sebenarnya sama saja bentuk dan bahannya antara penjor hias dan penjor sakral. Intinya penjor itu merupakan bentuk penanda kegiatan," ujarnya menjelaskan.

Juliana mengatakan, penjor sakral digunakan di Hari Raya Galungan. Penjor dipasang pada Hari Selasa Anggara Wage Dungulan (Penampahan Galungan) setelah jam 12 siang. 

Juliana menyebut, agar penjor tidak terlihat seperti hiasan, maka harus ada syarat tertentu, dan sesuai Sastra Agama. "Kalau penjor untuk Galungan harus ada Pejati (tempat ibadah) di bawah ujung penjor digantungkan," ujarnya.

Nantinya, pejati itu sarana sembahyang sebagai kesungguhan hati ke hadapan Sang Hyang Widhi. Lalu, dalam penjor itu juga harus ada hasil bumi atau hasil dari alam semesta tersebut.

"Itu juga memberikan arti sebagai rasa bakti dan ucapan terima kasih atas segala kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa pada umat manusia," kata pria yang sudah menjadi perajin penjor selama 10 tahun tersebut.

Dengan adanya KTT G20 di Bali, Juliana turut berharap bangsa Indonesia terus maju. Terus dipandang sebagai negara hebat dengan segudang kearifan lokal di dalamnya.

Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).

Sumber: RRI