Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji memberi masukan dan saran mengenai tiga isu prioritas dalam Presidensi Indonesia di G20, saat menjadi tamu dalam acara International Corner ANTARA di Jakarta, Rabu (11/05).
Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yang bertema "Recover Together, Recover Stronger" mengusung tiga sektor prioritas: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan.
Kenji mengatakan bahwa selama pandemi COVID-19 seperti saat ini, penting sekali untuk memastikan bahwa vaksin COVID-19 dibagikan secara adil dan merata ke seluruh dunia. Selain itu, perlu dipastikan kesiapan menghadapi pandemi lain di masa depan.
Dia mengatakan transformasi digital memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Apalagi selama pandemi, semua orang semakin sering bekerja dari rumah. Menurutnya, transformasi digital penting untuk diperhatikan.
"Ya, transformasi digital adalah salah satu hal penting dalam pengembangan ekonomi, terlebih setelah pandemi COVID-19, yang mana banyak orang yang bekerja di rumah," Kenji menambahkan.
Menurut Kenji, saat menjalani Presidensi G20 2019, Jepang gencar mempelajari dan menggaungkan konsep distribusi data bebas terpercaya. Konsep tersebut menitikberatkan distribusi data yang aman yang memperhatikan aspek-aspek seperti privasi, keamanan, dan hak intelektual.
Tanpa semua itu, tidak mungkin distribusi data bebas terpercaya bisa terwujud, kata dia.
Dia berharap Indonesia memperhatikan konsep tersebut saat G20 tahun ini, karena itu berkaitan langsung dengan salah satu isu yang diusung.
Saat ini, kata Kenji, Jepang sedang berusaha untuk mencapai target netralitas karbon di tahun 2050 dan Indonesia melakukan upaya yang sama untuk meraih hal tersebut pada 2060.
"Saya pikir kami memberikan dukungan penuh terhadap sikap Indonesia bahwa setiap sumber energi dan teknologi harus dimanfaatkan untuk dapat mencapai cita-cita ambisius tersebut, dan pada saat bersamaan juga memperhatikan keadaan masing-masing negara," ujar dia terkait target netralitas karbon tersebut.
Dia juga melihat bahwa menjaga keseimbangan antara ketersediaan energi, efisiensi energi, dan sifat ramah lingkungan penting untuk dilakukan.
Menurut Kenji, Jepang dan Indonesia memiliki beberapa persamaan, antara lain kondisi geografis sebagai negara kepulauan dan ketergantungan pada bahan bakar berbasis fosil.
Kendati demikian, kata dia, penting bagi kedua negara untuk menggunakan dan mengembangkan energi terbarukan serta menggunakan sumber energi lain untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dia mencontohkan beberapa sumber energi yang bisa dipakai demi mencapai target netralitas karbon, seperti biomassa, amonia, hidrogen, dan metode-metode seperti menangkap, memanfaatkan dan menyimpan karbon dioksida.
Saat ini, kata Kenji, Jepang membuat kemajuan yang baik secara berkala dalam hal transisi energi.
Menurut dia, di tengah rangkaian acara G20 saat ini, masih terlalu dini untuk mengharapkan hasil akhir yang benar-benar sudah jadi. Namun, para anggota G20 ingin melihat hasil yang bisa dirasakan secara nyata terkait ketiga isu prioritas tersebut.
"Hal yang paling penting adalah tidak ada satu pun presidensi yang bisa menyelesaikan semuanya sendirian," ujar Kenji menambahkan semua butuh proses dan kerja sama.
Baca juga: Dubes Jepang: G20 momen melampaui dikotomi negara maju dan berkembang
Baca juga: Jepang dukung penuh Presidensi G20 Indonesia
Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yang bertema "Recover Together, Recover Stronger" mengusung tiga sektor prioritas: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan.
Kenji mengatakan bahwa selama pandemi COVID-19 seperti saat ini, penting sekali untuk memastikan bahwa vaksin COVID-19 dibagikan secara adil dan merata ke seluruh dunia. Selain itu, perlu dipastikan kesiapan menghadapi pandemi lain di masa depan.
Dia mengatakan transformasi digital memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Apalagi selama pandemi, semua orang semakin sering bekerja dari rumah. Menurutnya, transformasi digital penting untuk diperhatikan.
"Ya, transformasi digital adalah salah satu hal penting dalam pengembangan ekonomi, terlebih setelah pandemi COVID-19, yang mana banyak orang yang bekerja di rumah," Kenji menambahkan.
Menurut Kenji, saat menjalani Presidensi G20 2019, Jepang gencar mempelajari dan menggaungkan konsep distribusi data bebas terpercaya. Konsep tersebut menitikberatkan distribusi data yang aman yang memperhatikan aspek-aspek seperti privasi, keamanan, dan hak intelektual.
Tanpa semua itu, tidak mungkin distribusi data bebas terpercaya bisa terwujud, kata dia.
Dia berharap Indonesia memperhatikan konsep tersebut saat G20 tahun ini, karena itu berkaitan langsung dengan salah satu isu yang diusung.
Saat ini, kata Kenji, Jepang sedang berusaha untuk mencapai target netralitas karbon di tahun 2050 dan Indonesia melakukan upaya yang sama untuk meraih hal tersebut pada 2060.
"Saya pikir kami memberikan dukungan penuh terhadap sikap Indonesia bahwa setiap sumber energi dan teknologi harus dimanfaatkan untuk dapat mencapai cita-cita ambisius tersebut, dan pada saat bersamaan juga memperhatikan keadaan masing-masing negara," ujar dia terkait target netralitas karbon tersebut.
Dia juga melihat bahwa menjaga keseimbangan antara ketersediaan energi, efisiensi energi, dan sifat ramah lingkungan penting untuk dilakukan.
Menurut Kenji, Jepang dan Indonesia memiliki beberapa persamaan, antara lain kondisi geografis sebagai negara kepulauan dan ketergantungan pada bahan bakar berbasis fosil.
Kendati demikian, kata dia, penting bagi kedua negara untuk menggunakan dan mengembangkan energi terbarukan serta menggunakan sumber energi lain untuk mengurangi tingkat ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dia mencontohkan beberapa sumber energi yang bisa dipakai demi mencapai target netralitas karbon, seperti biomassa, amonia, hidrogen, dan metode-metode seperti menangkap, memanfaatkan dan menyimpan karbon dioksida.
Saat ini, kata Kenji, Jepang membuat kemajuan yang baik secara berkala dalam hal transisi energi.
Menurut dia, di tengah rangkaian acara G20 saat ini, masih terlalu dini untuk mengharapkan hasil akhir yang benar-benar sudah jadi. Namun, para anggota G20 ingin melihat hasil yang bisa dirasakan secara nyata terkait ketiga isu prioritas tersebut.
"Hal yang paling penting adalah tidak ada satu pun presidensi yang bisa menyelesaikan semuanya sendirian," ujar Kenji menambahkan semua butuh proses dan kerja sama.
Baca juga: Dubes Jepang: G20 momen melampaui dikotomi negara maju dan berkembang
Baca juga: Jepang dukung penuh Presidensi G20 Indonesia
Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).
Sumber: ANTARA