Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu, mengatakan Presidensi G20 Indonesia jalur keuangan senantiasa mendorong pemulihan ekonomi yang lebih kuat dengan menjawab lima isu strategis global dengan lima respons pula.
Hal tersebut mengemuka dalam Gala Seminar “Monetary and Financial Sector Policy to Support Stability and Recovery" sebagai acara penutup seluruh rangkaian Kegiatan Sampingan G20 Jalur Keuangan Pertemuan Deputi Keuangan dan Bank Sentral serta Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral.
Respons terhadap lima isu strategis tersebut diwujudkan dengan pertama, pembentukan sistem kolaborasi dan kerja sama global untuk mengatasi tantangan kerawanan pangan (food insecurity), serta kedua, menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi melalui bauran kebijakan.
Kemudian respons yang ketiga yaitu penguatan kebijakan moneter serta makroprudensial yang didukung koordinasi melalui reformasi struktural dan keempat, rancangan mata uang bank sentral (CBDC) untuk interoperabilitas dan pembayaran lintas-batas, serta kelima adalah mengembangkan kerangka untuk pembiayaan transisi menuju emisi nol bersih.
Baca juga: IMF tak sarankan bank komersial bergantung pada CBDC
Ia menyebutkan terdapat lima isu strategis global yang dihadapi oleh otoritas pengambil kebijakan di dunia saat ini. Pertama, bagaimana mengatasi isu kesehatan akibat pandemi COVID-19 dan ketahanan pangan yang disebabkan gangguan pasokan.
Kedua, bagaimana mengintegrasikan berbagai kebijakan makroekonomi menjadi bauran kebijakan yang efektif. Ketiga, bagaimana menerapkan bauran kebijakan tersebut untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memperkuat pemulihan ekonomi.
Keempat, bagaimana CBDC dapat dirancang sehingga dapat memfasilitasi konektivitas pembayaran lintas negara namun tetap menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, lebih lanjut meramu mitigasi dampak negatif dari aset kripto terhadap stabilitas sistem keuangan melalui kerangka pengaturan dan pengawasan yang efektif.
Dan kelima, bagaimana sinergi antara upaya transisi, termasuk dukungan keuangan berkelanjutan menuju emisi karbon nol bersih.
Menurut Erwin, kelima isu tersebut dilatarbelakangi kerentanan perekonomian global dengan tingkat inflasi yang tinggi dengan pemulihan yang lebih lemah.
Baca juga: Gubernur BI ingatkan anggota G20 atasi risiko eksklusi keuangan
Perang yang tengah berlangsung di Ukraina, disertai dengan tindakan kebijakan dalam merespon perang dan kebangkitan COVID-19 di beberapa negara, telah memperpanjang gangguan rantai pasokan. Kondisi tersebut, seiring dengan meluasnya kebijakan inward looking, khususnya komoditas pangan di sejumlah negara,
Presidensi G20 Indonesia memberikan referensi untuk melakukan exit strategy dari kebijakan luar biasa di masa pandemi untuk mendukung pemulihan, serta mengatasi efek luka memar (scaring effect) untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang yang tinggi.
Selain itu, lanjut dia, Presidensi G20 Indonesia berhasil mengajak semua anggota untuk berkomitmen mempertahankan stabilitas keuangan global, termasuk dengan terus berkoordinasi dalam langkah-langkah kebijakan dan penerapan standar internasional.
Presidensi G20 Indonesia berhasil meyakinkan anggota untuk memperkuat komitmen mendukung transisi yang berjalan mulus (orderly), adil (just), dan terjangkau (affordable) menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Baca juga: Gubernur BI ajak seluruh anggota G20 komit dukung pemulihan ekonomi
Anda dapat menterjemahkan, menyiarkan ulang, menulis ulang dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber (ANTARA, RRI atau TVRI).
Sumber: ANTARA